Menganyam Untung dari Bambu



Bila dijual ‘mentah’ bambu mungkin hanya seharga Rp 5.000/batang, tapi pasca disulap menjadi kerajinan, meraup uang jutaan rupiah bukanlah sekadar angan.

BAMBU merupakan tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia. Bahkan, jenis bambu di negara ini, disebut-sebut paling banyak macamnya jika dibandingkan negara lain di dunia ini.
Hal itu yang membuat harga bambu ataupun produk yang dibuat dengan bahan dasar bambu relatif murah. Lihat saja, produk-produk bambu yang banyak dijual di pasar tradisional.
Namun, produk bambu bukan lagi menjadi barang yang biasa lagi bagi dua orang bernama Adang Muhidin dan Abah Yudi Rahmat. Dua orang warga Bandung ini mendirikan sebuah komunitas bernama Indonesian Bamboo Community (IBC). Melalui komunitas ini, mereka berusaha membuat bambu memiliki nilai yang tinggi.
Awalnya, Adang berjumpa dengan Abah Yudi pada tahun 2011. Adang merupakan seorang pegawai swasta dengan latar pendidikan teknik logam. Adang mulai tertarik pada seluk bambu ketika sedang menempuh kuliah S2 di Jerman pada 2009.
Sedangkan Abah Yudi sejak tahun 1979 memang sudah dikenal sebagai seniman bambu, dan merupakan pembuat violin bambu.Rasa ketertarikan Adang terhadap dunia bambu bermula ketika Ia melihat seorang pedagang kursi bambu, yang menjual dagangannya seharga Rp 27.000.
"Saya miris dan terenyuh melihat usaha membuat kursi bambu yang rumit tapi dihargai cuma segitu," tutur Adang. Melalui IBC, Adang dan Abah Yudi membuat bambu menjadi lebih berkelas dan lebih bernilai.
Salah satunya dengan menjadikannya alat musik seperti gitar bambu, biola bambu, dan flute bambu. Adang bilang, kalau dilihat dari harga pembuatannya, ketiga alat musik tersebut mungkin cuma bernilai sebesar Rp 50.000.
Namun, IBC mampu menjualnya dengan harga masing-masing sebesar Rp 350.000. Namun, dari sekian pembeli alat musik buatan IBC, kebanyakan adalah pembeli dari luar negeri.
Sementara, menurut Adang, pembeli lokal bisa dihitung dengan jari.Selain bisa meningkatkan nilai jual dari sebuah bambu, melalui IBC, keduanya juga mampu memberdayakan penduduk sekitar rumahnya, yang berada di daerah Pagarsih, Bandung.
Padahal, sebelumnya di lingkungan tersebut, banyak anak muda yang menganggur dan tak punya pekerjaan. Adang bilang, selain bisa dibuat menjadi alat musik, bambu juga bisa dimanfaatkan menjadi barang-barang lainnya yang bernilai tinggi.

Misalnya, akar bambu yang bisa dibuat menjadi patung, rantingnya bisa disulap menjadi suvenir cantik berbentuk angklung. Di IBC, daun bambupun bisa dibuat menjadi kanvas untuk melukis.
Nilai Seni Tinggi
Produk industri berbasis bambu juga banyak yang tembus pasar ekspor dengan omzet selangit. Salah satunya adalah produk kerajinan bambu milik Mochamad Saefullah.
Berawal dari kegemarannya terhadap seni, dan menghadiri beberapa pameran kerajinan, Kang Ipul mulai memberanikan diri untuk terjun langsung sebagai perajin. Pada tahun 2002 dia mulai bergelut dengan bisnis kerajinan bambu.
"Saya pikir di kampung saya banyak SDA (sumber daya alam), kita coba. Awal modal kita Rp 100 ribu. Kita bikin pensil, tahun 2002," ungkap Kang Ipul saat ditemui di kediaman sekaligus workshopnya di Lembang, Bandung.
Produknya sudah ke merambah ke beberapa negara di dunia. Terjauh, dia mengirimkan produk bambunya ke Amerika Serikat (AS) dan Fiji. Sisanya ke negara Asia seperti Malaysia, Singapura, negara Eropa seperti Belanda, Spanyol dan negara-negara lainnya.
"Ekspor itu rutin, dari 100% paling banyak ke Malaysia hingga 60%. Cenderamata dari Malaysia dibuat di sini," tambahnya.
"Dan suatu saat kita pengen buka toko di Kuala Lumpur sekitar 2 tahun lagi lah. Karena peminat di sana banyak," imbuhnya.
Permasalahan umum sebuah IKM ialah permodalan. Usaha yang dinamainya Efrin Kreasi inipun pernah mengalami masalah demikian. Hingga pada tahun 2009, Kang Ipul mendapat bantuan permodalan dari PT Permodalan Nasional Madani (Persero) dengan program yang dinamakan Unit Layanan Mikro Madani (UlaMM) sebesar Rp 200 juta. Modal tersebut digunakan Kang Ipul untuk biaya operasional seperti pembelian bahan baku, kendaraan operasional dan lainnya.
"Orang dari UlaMM datang ke saya. Saya pinjam Rp 200 juta, prosesnya cepat sekali. Dua hari sudah cair. Tiga bulan yang lalu kita pinjam lagi Rp 80 juta. Bunganya wajar, kami sanggup bayarnya" papar Kang Ipul.
Sampai saat ini, dia memiliki 15 orang pekerja yang kebanyakan bersifat borongan, dengan kata lain, bekerja saat ada pesanan saja. Sementara dia memiliki 3 pekerja yang keluar dan memulai usaha serupa mengikuti jejaknya.
"Ada 3 orang yang keluar, tapi mereka kurang pasarnya mungkin ya," tambahnya.
Dalam satu bulan, dia bisa memproduksi 20 ribu unit kerajinan bambu yang kecil. Namun, untuk produk dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi seperti miniatur motor Harley, Kang Ipul tak bisa menyebutkan berapa kemampuan produksinya.
Omzetnya, Kang Ipul dapat meraup hingga Rp 60 juta. Harga yang ditawarkan untuk produknya mulai dari Rp 3.500 hingga Rp 1,5 juta per unit.
Pada tahun 2005, Kang Ipul bersama pekerjanya mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia karena telah membuat miniatur kereta api terpanjang, yaitu sepanjang 240 meter. Namun sayang, setelah itu, miniatur tersebut dia bongkar untuk kembali digunakan membuat kerajinan yang lain.
"Kita juga buat Harley Davidson, pesanan dari California, saya yakin ini baru pertama saya yang buat," tutupnya.
Jika ingin membeli atau melihat-lihat, atau bahkan anda terinspirasi usaha gigih dan ingin berdiskusi dengan Kang Ipul, langsung saja datang ke tokonya di Jalan Tangkuban Parahu 333 RT 03/07 Cikole Lembang, Bandung.
Tertarik mencobanya?ktn,dtf

Melirik Perkebunan Bambu
Tanaman bambu memiliki prospek yang sangat menjanjikan di masa depan, ditengah perhatian dunia yang lebih, terhadap perubahan iklim dan perlindungan hutan.
Perkebunan bambu dapat produktif lebih dari 50 tahun. Panen perdana tanaman bambu di perkebunan biasanya dimulai pada usia setelah 5-7 tahun. Proses pemanenan dapat dilakukan dengan peralatan yang cukup sederhana dan murah. Seperti gergaji tangan, dan peralatan sederhana lainnya yang sering di butuhkan.
Di perkebunan, bambu akan menghasilkan biomass yang dapat mendukung untuk memelihara lingkungan yang hijau. Perkebunan bambu seluas 1.000 hektar dapat menghasilkan kira-kira 30 ribu ton sumber penghasil kayu.
Bambu adalah material yang serbaguna. 1700 tahun yang lalu China memulai pembuatan kertas dari bambu. Sampai dengan hari ini bubur kertas merupakan produk utama bambu. Dengan jutaan bambu yang digunakan setiap tahunnya untuk tujuan yang khusus. Bambu juga digunakan secara tradisional untuk pembuatan rumah sederhana dengan biaya rendah, jembatan dan kerajinan tangan.
Dari sudut pandang industri, bambu sangat memesona karena merupakan material lunak tapi sangat kuat untuk digunakan dalam aplikasi konstruksi modern. Kepadatan bambu sebanding dengan kayu keras dan kekuatannya melebihi baja. Saat ini tengah dikembangkan cara baru untuk mengolah serat bambu untuk pembuatan aplikasi standar yang modern.
Bambu lapis dan triplek dari bambu saat ini lebih sering digunakan untuk bahan pembuatan perabot rumah tangga. Bambu parquet juga merupakan salah satu produk dengan prospek yang sangat besar, selain itu partikelboard dan fiberboard dari bambu juga sangat menarik.
Tunas muda atau rebung bambu merupakan sumber makanan yang enak dan kaya serat. Permintaan yang tinggi akan rebung segar di temukan pada masakan asia.
Pasar Bambu
Pasar Bambu sangat besar dan terus meningkat dengan cepat. Menyebarnya tingkat kesadaran akan perlunya pelestarian lingkungan dan peraturan yang keras yang mengatur mengenai eksploitasi sumber penghasil kayu menjadi dasar pengembangan pasar bambu. Permintaan akan bambu lebih dari sebelumnya karena ini adalah sumber pengganti kayu yang baik dan salah satu cara untuk menghemat hutan hujan.
Eropa dan Amerika mengimpor produk-produk bambu dari Asia, seperti tusuk gigi, tusuk sate. Dan produk dengan nilai yang lebih seperti lantai bambu, kertas, tekstil, perabot rumah tangga, barang-barang kerajinan tangan. Di industri makanan rebung merupakan bisnis bernilai jutaan dolar, rebung di produksi untuk ekspor di Cina, Thailand, Taiwan. Mereka menjualnya dalam keadaan masih segar ataupun yang sudah di kemas di dalam kaleng dan kadang-kadang juga mengkombinasinya dengan kuah ataupun pedas.
Sampai sejauh ini sumber penghasil utama kebutuhan bahan mentah bambu untuk industri masih di suplai dari hutan-hutan bambu alami. Di banyak kasus, hutan bambu alami hanya mampu menghasilkan 2-6 ton perhektar dengan jenis yang heterogen, dan ini hanya kira-kira 20 % dari yang dihasilkan di perkebunan bambu.
Hasil dari hutan bambu alami sebenarnya sangat rendah jika dibandingkan dengan perkebunan bambu yang telah di atur dengan baik. Perkebunan yang telah di manajemen dapat menghasilkan 5 kali lebih banyak daripada hutan bambu alami. Jika dipukul rata setiap hektar hutan bambu alami hanya akan menghasilkan 4 ton pertahun untuk setiap hektarnya. Sedangkan di perkebunan bambu hasil rata-rata setiap tahunnya dapat mencapai 20 hingga 36 ton per hektar.
Produksi bambu sebenarnya dapat di tingkatkan jika pendekatan sistematis silvikultural diterapkan, tetapi hal ini jarang di terapkan di daerah tropis dimana bambu dapat tumbuh subur dengan mudah. Manajemen perkebunan bambu yang bagus dapat menjamin keberlangsungan pasokan untuk produk sejenis yang spesifik.
Dengan manajemen yang bagus kita dapat memperoleh tanaman dengan karakteristik yang kita inginkan. Banyak pilihan yang dalam menggunakan bambu tergantung dari keunikan yang ada pada tangkainya. Langkah pertama yang penting dilakukan untuk mengatur perkebunan adalah memilih spesies yang sesuai anatomi, kandungan kimia dan kekayaan mekanis lainnya.
Biaya untuk membuat perkebunan yang baru tergantung dari biaya tenaga kerja, persiapan tanah, fertilizer, pengairan, dan tanaman. Biayanya hampir sama dengan membuat perkebunan kayu. Akan tetapi ada perbedaan yang sangat besar pada periode pengembalian modal, kayu membutuhkan waktu yang lebih lama dari perkebunan bambu. Investasi pada perkebunan bambu akan kembali hanya dalam waktu kurang lebih 10 tahun. Dan karena alasan tersebutlah maka perkebunan bambu menghasilkan keuntungan yang lebih cepat dari pada kayu. Perkebunan bambu akan menjadi sangat menguntungkan setelah 5 tahun.
Untuk dapat dipanen setiap tahun hanya perlu mempertimbangkan tingkat kekakuan batang yang telah dewasa saja. Selain itu kita cukup menanam bambu sekali saja dan akan dapat di panen sampai dengan 50 tahun. Sedangkan kayu umumnya setelah di panen kita perlu menanam lagi dan tentu membutuhkan biaya dan waktu yang lebih lama lagi. Selain dapat tumbuh lebih cepat, bambu juga menyerap air lebih tinggi serta dapat mencegah erosi. Maka dari itu selain lebih menguntungkan secara ekonomi, bambu juga lebih menguntungkan dari segi ekologi. Keuntungan lain yang sangat penting adalah selain memproduksi biomass yang sangat tinggi, bambu juga sangat efisien sebagai penghasil pulp. Bambu mampu menghasilkan pulp 7 kali lebih banyak dibandingkan dengan kayu untuk setiap hektarnya.

Sumber : http://www.surabayapost.co.id/?mnu=berita&act=view&id=2e3075b89c067e15756db3716734d99e&jenis=e4da3b7fbbce2345d7772b0674a318d5

Comments