Perkembangan Teknologi Mobil di Indonesia
Jika membahas tentang perkembangan teknologi mobil di Indonesia
maka tidak akan lepas dari sejarah industri otomotif. Kedua hal
tersebut berkaitan erat dan masing-masing mempunyai andil cukup
signifikan bagi kemajuan serta pencapaian suatu bangsa dalam bidang
teknologi. Industri otomotif menurut hemat penulis termasuk juga di
dalamnya adalah sepeda motor beserta komponen pendukungnya. Pada awal
perjalanannya, industri otomotif di Indonesia lebih dipengaruhi oleh
situasi politik yang jika di gali lebih dalam akan kita temui
fakta-fakta sosial yang selalu menarik untuk di cermati. Pada masa Orde
Baru misalnya, kita masih ingat berbagai macam keputusan yang termaktub
dalam undang-undang selalu subyektif dan tak pelak hanya menguntungkan
suatu kelompok. Peraturan seperti ini juga berlaku dalam urusan industri
dalam hal ini adalah industri otomotif. Aroma nepotisme sangat kental
disini.
Pada zaman itu, campur tangan swasta sangat dibatasi. Pemerintah sebagai pihak penyelenggara Negara memonopoli penuh akan proyek-proyek strategis dalam industri otomotif. Atas nama rakyat, beberapa kebijakan ekspor - impor barang maupun ketenagakerjaan telah diambil. Seperti contohnya, perusahaan asing yang akan berinvestasi di Indonesia 60 persen harus menggunakan bahan lokal atau dalam kasus lain pabrikan otomotif boleh mengirim mobil yang sudah jadi (utuh) ke dalam negeri dengan syarat tenaga kerja yang digunakan adalah berasal dari warga Indonesia. Di satu sisi aturan seperti ini memang menguntungkan Pemerintah yang berkepentingan untuk memberdayakan rakyatnya, namun di sisi lain betapa keputusan tersebut sangat mengekang para pelaku otomotif di luar sana. Sebagai imbasnya, persaingan yang tidak sehatpun terjadi dan lebih jauh adalah tersendatnya distribusi barang (impor) mobil ke Indonesia atau bahkan terhenti. Banyak masyarakat kita saat itu dengan daya beli tinggi akan tetapi tidak mempunyai banyak pilihan untuk menyalurkan kebutuhan sesuai specs yang mereka inginkan. Hal ini juga yang mempengaruhi perkembangan teknologi mobil di indonesia terhambat atau jalan ditempat.
Setelah reformasi berlangsung, banyak hal telah berubah. Berbagai kebijakan diambil oleh rezim penguasa saat ini. Demokrasi yang mulai tertata sedikit banyak mempengaruhi dalam pola pengambilan sebuah kebijakan. Sikap keterbukaan tidak hanya terbatas pada media informasi serta penyerapan aspirasi oleh pemerintah terhadap rakyatnya. Lebih luas lagi, keputusan-keputusan yang diambil dalam urusan hubungan luar negeri juga mengalami perubahan fundamental. Produk perundang-undangan yang mengarah pada dukungan terhadap pasar bebas sangat kental terasa. Negara dalam hal ini pemerintah sebagai kepanjangan tangannya, kini memberi ruang yang seluas-luasnya kepada para pelaku asing untuk ikut “bermain” ke dalam industri dalam negeri tak terkecuali industri otomotif. Gayung pun bersambut, seperti mendapat angin segar berbagai perusahaan asing menyerbu masuk membanjiri pasar mobil dan sepeda motor di tanah air. Banyak perusahaan berlabel multinasional telah hadir mewarnai perkembangan teknologi mobil di Indonesia.
Beberapa negara yang selama ini dikenal piawai dalam hal pengembangan teknologi mobil turut serta merasakan atmosfer pasar mobil di Indonesia. Sebut saja Jepang, Amerika Serikat, Korea Selatan, Jerman serta beberapa negara Eropa lainnya. Pabrikan besar seperti Toyota, Isuzu, Honda, Suzuki, Hyundai, KIA, Ford dan lain-lain berpatisipasi dalam rangka pengadaan alat transportasi untuk masyarakat. Selain mempunyai misi melebarkan sayap bagi usahanya, dengan adanya perusahaan-perusahaan tersebut secara tidak langsung juga ikut berpartisipasi dalam penyerapan tenaga kerja dalam negeri. Keuntungan ganda bagi pemerintah selain devisa dari hasil pajak mereka.
Perkembangan teknologi mobil di indonesia telah memunculkan persaingan yang sangat ketat dari para produsen otomotif dimana hal itu sangat menguntungkan bagi konsumen. Yang terjadi sekarang adalah kita hidup di era kompetitif dengan pilihan harga yang beragam dan sistem pembayaran yang mudah. Seiring dengan stabilnya perekonomian, daya beli masyarakat Indonesia akan barang mewah menjadi tinggi termasuk didalamnya adalah mobil. Angka kepemilikan kendaraan pribadi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang tajam. Dalam perkembangannya (secara global) kondisi tersebut tidak di imbangi dengan ketersediaan bahan bakar yang mencukupi hingga pada saatnya nanti tentu akan menimbulkan masalah baru .
Sebagai sebuah negara, Indonesia sangat berkepentingan menyediakan alat transportasi bagi rakyatnya dan untuk mengakomodasi jalannya roda pembangunan. Dewasa ini perkembangan teknologi mobil di indonesia telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Pencapaian yang positif ini bukan tanpa syarat karena juga melahirkan problematika baru. Cadangan minyak dunia yang semakin menipis serta polusi dari mesin kendaraan bermotor menjadi topik global yang santer dibicarakan. Pemerintah telah merespon isu tersebut. Beberapa usaha telah dilakukan diantaranya dengan mengkaji tentang pengembangan teknologi baru mobil yang ramah akan lingkungan. Model yang sedang digalakkan adalah jenis Hybird serta mobil bertenaga listrik. Ke depan teknologi ini diharapkan dapat menjadi solusi atas semua permasalahan yang ada.
Teknologi otomotif adalah ilmu
pengetahuan terapan tentang bagaimana merancang, membuat dan
mengembangkan alat‐alat transportasi darat yang menggunakan mesin,
terutama sepeda motor, mobil, bis dan truk sebagai keseluruhan sarana
untuk menyediakan kendaraan tersebut yang diperlukan bagi kelangsungan
dan kenyamanan hidup manusia. Dalam bidang teknologi ini diperlukan
penggabungan elemen‐elemen pengetahuan mekanika, kelistrikan,
elektronik, keselamatan/lingkungan, matematika, fisika, kimia, biologi
dan manajemen.
Sedangkan sejarah dunia otomotif dimulai
ketika Nicolaus August Otto menemukan mesin motor pada tahun 1876.
Kemudian, pada tahun 1885 Gottlieb Daimler menemukan mesin berbahan
bakar minyak yang memungkinkan terbukanya revolusi pada lahirnya desain
mobil, termasuk juga sepeda motor. Penemuan tersebut kemudian
dilanjutkan oleh Karl Benz, seorang insinyur mesin yang pertama kali
membangun mobil praktis yang dijalankan oleh mesin dengan internal‐combustion engine‐nya pada tahun 1985.
Dampak positif dari perkembangan
teknologi ini adalah terbukanya lapangan pekerjaan di negera‐negara
berkembang, seperti Indonesia, Thailand dan Vietnam. Kemudian
semakin mudahnya sarana transportasi darat dari satu tempat ke tempat
lain, dimana ia lebih praktis, aman dan nyaman. Negara pun diuntungkan
dengan pendapatan pajak, devisa perdagangan (dari ekspor & impor),
bahkan dibukanya institusi pendidikan bidang otomotif, dan bagi yang
kreatif ada banyak bisnis usaha yang sangat menguntungkan, mulai dari
usaha modifikasi, hingga penjual assesoris dan stiker di jalanan.
Menurut Autowrad.Com yang
meluncurkan laporannya pada bulan September 2011 lalu mengatakan, bahwa
jumlah mobil di dunia telah mencapai lebih dari 1 miliar unit pada
2010. Loncatan besar terjadi dari 2009 ke 2010, yaitu dari 980 juta unit
menjadi 1,015 miliar unit. Kendaraan yang disensus tersebut adalah
mobil penumpang; truk ringan, sedang, dan berat; serta bus. Dalam hal
ini tidak termasuk kendaraan off‐road, sepeda motor, dan
kendaraan bermotor roda tiga lainnya. Padahal, di negara‐negara Asia dan
Afrika, penjualan sepeda motor sudah pasti terus meningkat. Lantas apa
dampaknya bagi kita?
Sebagai negara dengan populasi penduduk
240 juta (2011), perbandingan penduduk dan mobil di Indonesia akan
menjadi 1 mobil untuk 12 orang dengan asumsi populasi mobil
2010 (menurut Gaikindo) sebanyak 19.046.147 plus realisasi penjualan
mobil baru 2011 sekitar 870.000 unit. Adapun untuk sepeda motor, jika
mengambil data dari BPS pada 2009, maka jumlahnya mencapai
52.433.132 unit. Jika ditambahkan dengan penjualan tahun lalu (2010)
sebanyak 7,4 juta unit, berarti jumlah sepeda motor akhir 2011 sudah
lebih dari 60 juta unit. Itu artinya, perbandingan penduduk
dengan kepemilikan kendaraan bermotor adalah 1: 3 orang. Lantas
dimanakah ruang kita dengan ledakan kendaraan bermotor yang sudah pasti
akan tinggal bersama kita ini?
Tidak hanya itu, jika diketahui konsumsi
BBM di Indonesia tahun 2011 adalah 41 juta KL per tahun, itu sama
artinya dengan kita membakar 1.300 liter per detik setiap hari. Dan
menyadari pentingnya menjaga keselamatan & lingkungan, kita perlu
menghitung ulang akibat dari kecelakaan kendaraan bermotrr, kompensasi
yang harus ditanggung, berapa sarana penunjang kendaraan yang
harus disediakan, termasuk apa kebijakan dan regulasinya yang baik dalam
menanggulangi masalah ini.
Dampak lainnya yang kurang menarik
perhatian kita adalah fakta bahwa dalam empat tahun (misalnya:
2004‐2008) jika penduduk dunia meningkat 5%, maka itu artinya emisi CO2
tahunan juga meningkat 10% dan diikuti dengan produksi energi kotor yang
juga meningkat 10% (Statistik IEA dunia).
Sumber : http://teknologi.kompasiana.com/otomotif/2012/04/03/dampak-perkembangan-teknologi-otomotif/
Comments
Post a Comment