Masing-masing Dewa Lokapala Beri Dua Hadiah




Rishi Vyasa : (Bharata) setara dengan veda. Ini adalah suci dan agung. Bharata menganugerahkan kemasyuran dan kesejahteraan. Oleh karena itu, seseorang harus mempelajari dan mendengarkan dengan perhatian penuh.



DISAPA Raja Naishadha, putri Damayanti, dengan mata penuh air mata kesedihan berbicara kepada Nala, '‘Oh penguasa bumi ini, setelah menuduk hormat kepada para Dewa, hamba memilih kakanda Nala sebagai tuanku. Sungguh-sungguh hamba mengatakan hal ini kepada kakanda.’'

Sang raja, yang telah datang sebagai utusan para Dewa, menjawab kepada Damayanti yang berdiri gemetar dengan tangan tercakup, ‘'Oh adinda yang ramah, lakukanlah apa yang adinda senangi. Setelah memenuhi janjiku, Oh orang terberkati, kepada para Dewa yang istimewa, bagaimana aku dapat, mempunyai misi yang lain. Hamba tidak berani meminta untuk kepentinganku sendiri. Jika meminta untuk kepentinganku sendiri sesuai kebajikan, aku akan meminta engkau juga, Oh gadis yang cantik. Berbuatlah sesuai dengan itu.'’

Kemudian Damayanti yang senyumnya bercahaya pelan-pelan berbicara kepada Raja Nala. Kata-katanya tersendat diiringi air mata, '‘Oh penguasa manusia, hamba melihat jalan itu tidak bisa disalahkan. Tidak ada dosa apapun melekat pada kakanda. Oh baginda, paduka datang, ke swayamvara bersama semua Dewa-dewa yang dipimpin Indra. Di sana, Oh baginda, disaksikan para Lokapala. Hamba Oh macan di antara manusia, akan memilih kakanda. Tidak ada kesalahan menimpa kakanda.'

Disapa demikian putri Vidharbha. Raja Nala kembali ke para Dewa yang menunggunya bersama-sama. Melihatnya mendekat, Dewa Lokapala itu dengan tak sabar menanyai tentang semuanya yang telah terjadi. Para Dewa bertanya, ‘'Sudahkah paduka, Oh baginda, melihat Damayanti yang manis senyumnya? Oh raja yang tanpa dosa, ceritakan kepada kami segala sesuatunya.’’ Nala menjawab, 'Atas perintah paduka hamba memasuki istananya Damayanti yang dilengkapi pintu gerbang tinggi. Pintu itu dijaga penjaga-penjaga berpengalaman dengan bersenjatakan tongkat. Sewaktu hamba masuk, tidak seorang pun memperhatikan hamba, kecuali sang putri. Semua itu berkat kesaktian dari paduka.

Hamba melihat para pelayan dan mereka juga melihat hamba. Oh kaum surgawi yang mulia, melihat hamba, mereka tampak penuh keheranan. Ketika hamba berbicara tentang paduka, gadis yang mukanya bersih itu, keinginannya tetap teguh memilih hamba sebagai suaminya. Sang gadis berkata, ‘'Biarlah para Dewa itu, Oh macan di antara manusia, datang bersama paduka ke tempat swayamvara ini. Aku disaksikan mereka, akan memilih paduka. Atas dasar ini, Oh paduka yang berlengan perkasa, tidak ada kesalahan yang melekat kepada paduka.' Itulah oh para Dewa, seperti yang telah hamba katakan. Akhirnya, segala sesuatu terserah kepada paduka, para kaum surgawi yang utama.''

Vrihadaswa melanjutkan, pada jam hari bulan yang suci membawa kerkah, Raja Bhima mengundang raja-raja mengikuti swayamvara. Mendengar hal itu, semua penguasaa di bumi ini yang dilanda demam cinta secepatnya datang ke sana. Mereka menginginkan memiliki Damayanti. Raja-raja memasuki panggung yang dihiasi tiang-tiang keemasan dan pintu gerbang tinggi melengkung. Terlihat, seperti layaknya singa-singa memasuki hutan belantara gunung.

Penguasa-penguasa bumi itu memakai kalung bunga yang semerbak, anting-anting bertahtakan permata-permata. Mereka duduk di beberapa tempat yang telah disediakan. Gedung pertemuan raja-raja yang suci itu, disemarakkan para macan di antara manusia. Seperti kota Bhogavati dipenuhi para naga. Sebuah gua besar di gunung dipenuhi macan-macan. Dan lengan-lengan mereka sehat dan kuat, seperti tongkat-tongkat besi. Bentuknya bagus dan anggun, terlihat seperti ular-ular berkepala lima. Disemarakkan dengan rambut-rambut yang indah dan hidung mancung, mata dan alis mata. Roman muka para raja-raja bersinar seperti bintang-bintang di langit. Ketika waktunya tiba, Damayanti yang mukanya elok, mencuri mata dan hati-hati para pangeran dengan lirikan mempesonakan. Dia memasuki panggung. Sorotan mata sekilas dari para raja yang terkenal itu menyoroti bagian-bagan tubuhnya. Ketika, Oh Bharata, nama dari para raja-raja diumumkan, putri dari Raja Bhima itu melihat lima orang semuanya serupa dengan Raja Nala dalam penampilan. Melihat mereka duduk di sana, tanpa ada perbedaan sama sekali dalam wujud. Keragu-raguan memenuhi pikiran Damayanti. Dia tidak dapat memastikan mana Raja Nala yang asli di antara mereka. Semua dia anggap seperti raja golongan Nishadha.

Merasa penuh kegelisahan, gadis cantik ini berpikir sendiri, 'Oh, bagaimana aku membedakan mereka. Bagaimana aku bisa membedakan Raja Nala?'

Setelah berpikir demikian, putri Vidharbha itu menjadi penuh kesedihan. mengingat kembali akan tanda-tanda yang dimiliki para kaum surgawi, yang mana telah ia dengar. Damayanti berpikir, 'Ciri-ciri kaum surgawi itu, aku telah dengar dari para orang-orang tua. Aku tidak menyinggung salah satu dari Dewa-dewa ini yang sekarang ada di bumi.' Setelah lama berpikir dan mengingatnya berulang-ulang, ia memutuskan memohon perlindungan para Dewa itu sendiri. Setelah menunduk hormat kepada mereka dalam batin dengan ucapan, tangan tercakup, Damayanti menyapa mereka dengan gemetar, ‘Sejak hamba mendengar cerita dari burung-burung angsa itu. Hamba memilih raja dari Nishdha sebagai tuan hamba. Demi kebenaran, Oh, biarlah para Dewa menampakkan dirinya kepada hamba. Sebagaimana pikiran dan kata-kata hamba tidak pernah menyimpang darinya, Oh, biarlah para Dewa, demi kebenaran, menampakkan diri kepada hamba. Karena para Dewa sendiri telah mentakdirkan penguasa Nishadha itu sebagai tuan hamba, Oh, biarlah mereka demi kebenaran menampakkan diri kepada hamba.

Sebagai balasan atas penghormatan kepada Nala yang hamba telah ambil sumpahnya. Demi kebenaran itu, Oh, biarlah para Dewa itu menampakkan dirinya kepada hamba. Oh, biarlah penjaga-penjaga dunia yang mulia itu mengambil wujud mereka yang pantas. Dengan demikian hamba dapat mengenali sang raja yang budiman itu.’ Setelah mendengarkan kata-kata yang memilukan dari Damayanti. Mengetahui pilihan dan cintanya sungguh-sungguh untuk Raja Nishadha, kemurnian hatinya, kecenderungan, penghargaan dan kasih sayangnya untuk Nala. Para dewa melakukan seperti apa yang diminta untuk menunjukkan tanda masing-masing dengan sebaik-baiknya. Selanjutnya ia melihat para kaum surgawi itu tanpa gangguan. Dengan mata tidak berkedip, kalung bunga yang tidak bisa layu, tidak bisa dinodai debu, para dewa berdiri tanpa kaki menyentuh bumi. Raja Nishadha berdiri menampakkan bayangannya, kalung bunganya layu. Dirinya sendiri penuh debu dan keringat. Dia duduk di tanah dengan mata berkedip. Melihat para Dewa dan Raja Nala yang baik itu, putri raja Bhima memilih raja Naishadha itu sesuai kebenarannya. Gadis bermata besar itu dengan malu-malu memegang tepi pakaiannya. Dia mengalungkan kalung bunga anggun luar biasa di lehernya Nala.

Ketika gadis yang corak kulitnya bersih itu menjatuhkan pilihannya kepada Nala. Para raja tiba-tiba memecahkan suasana seruan Oh! dan sayang! Para Dewa dan para Rishi agung berseru kekaguman, ’‘Sangat baik! Sangat baik! sementara menyambut sang raja. Oh Kauravya, putra raja Virasena, dengan hati penuh kegembiraan, menghibur Damayanti yang molek. ‘'Karena engkau yang terberkati, telah memilih seorang manusia disaksikan para kaum surgawi. Ketahuilah aku sebagai suamimu akan selalu taat kepada perintahmu. Oh engkau yang memiliki senyum manis. Dengan sungguh-sungguh aku berkata kepadamu selama hidup ini berlangsung di tubuh milikku ini. Aku akan tetap milikmu dan milikmu sendiri. Damayanti juga dengan tangan tercakup membalas memberi hormat kepada Nala dengan kata-kata penuh makna. Pasangan yang berbahagia ini melihat Agni dan Dewa-dewa lainnya secara mental memohon pertolongan mereka.

Setelah putri dari Raja Bhima itu telah memilih Raja Naishadha sebagai suaminya, para Lokapala dengan kemegahannya luar biasa dan hati senang, memberikan delapan hadiah kepada Prabu Nala. Sakra, tuannya Sachi, menganugerahkan kepada Nala dapat melihat wujud kedewataannya dalam upacara kurban. Dia akan dapat mencapai daerah-daerah terberkati. Agni alias Hutasana menganugerahkan kehadirannya sendiri kapan saja Raja Naishadha menginginkan daerah-daerah yang gemerlapan seperti dirinya sendiri. Dewa Yama menganugerahkan rasa yang halus terhadap makanan. Selain itu keutamaan dalam kebajikan. Penguasa air, Baruna menganugerahkan kepada Nala kehadirannya sendiri kapan saja dia menginginkan. Di samping itu kalung bunga dengan wangi surgawi. Masing-masing dari mereka menganugerahkan kepada Nala dua buah hadiah. Setelah memberi anugerah-anugerah ini, para Dewa pulang kembali ke surga. Para raja-raja setelah menyaksikan ketakjuban pilihan Damayanti dengan senang hati kembali ke tempat dari mana mereka telah datang

Setelah kepergian raja-raja perkasa itu, Bhima yang berjiwa mulia, gembira, menyelenggarakan upacara pernikahan antara Nala dan Damayanti. Setelah tinggal di sana beberapa lama sesuai kemauannya, Naishadha, manusia yang terbaik itu kembali ke kotanya atas perkenan dari raja Bhima. Setelah mendapatkan mutiara di antara wanita itu, Nala mulai melalui hari-harinya dengan kegembiraan, seperti pembantai Vala dan Vritra yang ditemani Sachi. Sama seperti matahari dalam kemegahan, sang raja, penuh kegembiraan. Sang raja mulai memerintah rakyatnya dengan benar. Nala memberikan kepada rakyatnya kepuasan yang penuh.

Seperti layaknya Yayati, putra Nahusha, raja yang cerdas itu mengadakan upacara kurban-kuda. Banyak upacara kurban lainnya dengan hadiah melimpah kepada para Brahmana. Seperti Dewa sendiri, Nala bermain-main dengan Damayanti di hutan dan bukit yang romantis. Melalui Damayanti, baginda yang berjiwa luhur itu menurunkan seorang putra bernama Indrasena, dan seorang putri bernama Indraseni. Setelah melaksanakan upacara kurban, dan bermain-main dengan Damayanti sang raja memerintah bumi dengan kekayaan berlimpah.(bersambung).


Sumber : http://www.balipost.com/mediadetail.php?module=kategoriminggu&kid=27&id=Cerpen

Comments